Panggung
ini adalah sebuah tulisan tersendiri
yang disadur dari kejadian di belakang halaman
tentang sebuah skema tahun ganda
memang tabiat manusia bumi
senang sekali menunjukkan intuisinya
seolah baru dikaruniai kemarin sore
ya namanya juga pengecualian dari hewan
serong ke kanan dan ke kiri
semua riuh bersorai merdu dan gaduh
tidak ada yang bisu dan tidak boleh!
menancap pedal sensasi ke ujung dasar
berpartisipasi
membesarkan satu entitas sesaat yang sesat
menjatuhinya ramai-ramai bersama kampung
mana tukang pukul mana pemuja spirit tiada tahu
mana klien tetap mana kawan bayaran tiada rasa
memang tabiat manusia penganut modern
tiada sehari tanpa kabar berita
semua harus mengacu kaidah terbuka
sosialita, opini, dan realita
itulah tiga sumbu di tangan kanannya
semua aspek ada, dinyatakan nilai satu
tidak ada, dianggap tidak berguna
ya namanya juga diterpa teknologi 24/7
kalau atraksi sudah ramai begini
nikmat jua bila duduk di bangku pemirsa
ditemani seduhan ayat suci penuh debu
agar semua tetap sesuai garis dan batas
yang terang-terangan akan ditentang mereka
kalau sudah gini atraksi jadi ramai
seru juga lihat adegan panas yang ini
khalayak jadi tidak santai namun halu
seketika banyak yang terangsang, lalu
mengasah kuat-kuat senjata pribadinya
bila salah waktu, jadilah bumerang
bila tepat waktu, sorai ada aktor baru
hadir ditengah babak bak ksatria pesanan
ya halo layanan antar adegan baru?
yang barusan jemu? tiada perlu risau
kini ada teknologi mutakhir nan canggih
kustomisasi penonton berikut preferensi
semua rapi diatur indeks kognitifnya
membangun dinasti eksklusif lebih mudah
baik, saya berminat, apa isi paktanya?
jadilah rupawan, elegan, dan (terlihat) cendikiawan
tiada cek centang, maaf sekali kawan
baik menanam padi di ladang sawan
tatkala berhimpun golongan baru
terhina terusir terkiri ter-tiada acuh
mengaku dibalik topeng samar indah
freddie membuka, ternyata lagi-lagi
para penunggang kuda yang handal
tak disangka jagung kembang di tangan
mulai habis, layar lebar mulai menciut
tanda sehari habis berganti kenyataan
menjadi senja yang kecut dan pahit
disitulah titik kritis kehidupan bangkit
dengan kurva bibir mata paradoksial
meraih momentum atau menjatuh lemah
sampai bertemu di pementasan berikutnya
Komentar
Posting Komentar